Jumat, 19 Mei 2017

SINTAKSIS



SINTAKSIS

A.     Pengertian Sintaksis
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti “dengan” dan kata tattein yang berarti “menempatkan”. Jadi, secara etimologi berarti: menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.
Manaf (2009:3), dalam bukunya Abdul chaer.menjelaskan bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang membahas struktur internal kalimat. Struktur internal kalimat yang dibahas adalah frasa, klausa, dan kalimat.
B.     Wilayah Kajian Sintaksis
Yang menjadi wilayah kajian sintaksis adalah struktur internal kalimat yakni frasa, klausa dan kalimat itu sendiri.Berikut dijelaskan secara lebih rinci.
A.     Frasa
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 2003:222).Perhatikan contoh-contoh berikut.
a.       bayi sehat
b.      baju lama
Satuan bahasa bayi sehat, pisang goreng, baru datang, dan sedang membaca adalah frasa karena satuan bahasa itu tidak membentuk hubungan subjek dan predikat. Widjono (2007:140) membedakan frasa berdasarkan kelas katanya yaitu frasa verbal, frasa adjektiva, frasa pronominal, frasa adverbia, frasa numeralia, frasa interogativa koordinatif, frasa demonstrativa koordinatif, dan frasa preposisional koordinatif. Berikut ini dijelaskan satu persatu jenis frasa.

1.      Frasa verbal
Frasa verbal adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata kerja.Frasa verbal terdiri dari tiga jenis yakni sebagai berikut.
a.       Frasa verbal modifikatif (pewatas) yang dibedakan menjadi.
·         Pewatas depan, seperti contoh berikut ini.
·         Kami akan menyanyikan lagu kebangsaan.
·         Mereka pasti menyukai makanan itu.

b.      Frasa verbal koordinatif yaitu dua verba yang disatukan dengan kata penghubung dan atau atau, seperti contoh berikut ini.
·         Mereka mencuci dan menjemur pakaiannya.
·         Kita pergi atau menunggu ayah.
c.       Frasa verbal apositif yaitu sebagai keterangan yang ditambahkan atau diselipkan. Contohnya adalah sebagai berikut.
·         Aie Pacah, tempat tinggal saya, akan menjadi pusat pemerintahan kota Padang.
·         Usaha Pak Ali, berdagang kain, kini menjadi grosir.

2.      Frasa Adjektival
Frasa adjektival adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata sifat atau keadaan sebagai inti (yang diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang berfungsi menerangkan seperti agak, dapat, harus, kurang, lebih, paling, dan sangat.Frasa adjektival mempunyai tiga jenis seperti yang dijelaskan berikut ini.
a.       Frasa adjektival modifikatif (membatasi), contohnya adalah sebagai berikut.
·         Tampan nian kekasih barumu.
·         Hebat benar kelakuannya.
b.      Frasa adjektival koordinatif (menggabungkan), contohnya adalah sebagai berikut.
·         Setelah pindah, dia aman tentram di rumah barunya.
·         Dia menginginkan pria yang tegap kekar untuk menjadi suaminya.
c.       Frasa adjektival apositif seperti contoh berikut ini.
·         Srikandi cantik, ayu rupawan, diperistri oleh Arjuna.
·         Skripsi yang berkualitas, terpuji dan terbaik, diterbitkan oleh Universitas.

3.      Frasa Nominal
Frasa nominal adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan memperluas sebuah kata benda.Frasa nominal dibagi menjadi tiga jenis seperti yang dijelaskan berikut ini.
a.       Frasa nominal modifikatif (mewatasi), misalnya rumah mungil, hari minggu, bulan pertama. Contohnya seperti berikut ini.
·         Pada hari minggu layanan pustaka tetap dibuka.
·         Pada bulan pertama setelah menikah, mereka sudah mulai bertengkar.
b.      Frasa nominal koordinatif (tidak saling menerangkan), misalnya hak dan kewajiban, dunia akhirat, lahir bathin, serta adil dan makmur. Contohnya seperti berikut ini.
·         Seorang PNS harus memahami hak dan kewajiban sebagai aparatur negara.
·         Setiap orang menginginkan kebahagiaan dunia akhirat.
c.       Frasa nominal apositif, contohnya seperti berikut ini.
·         Anton, mahasiswa teladan itu, kini menjadi dosen di Universitasnya.
·         Burung Cendrawasih, burung langka dari Irian itu, sudah hampir punah.

4.      Frasa adverbial
Frasa adverbial adalah kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat.Frasa adverbial dibagi dua jenis yaitu.

a.       Frasa adverbial yang bersifat modifikatif (mewatasi), misalnya sangat pandai, kurang pandai, hampir baik, dan pandai sekali. Contoh dalam kalimat seperti berikut ini.
·         Dia kurang pandai bergaul di lingkungan tempat tinggalnya.
·         Kemampuan siswa saya dalam mengarang berada pada kategori hampir baik.
b.      Frasa adverbial yang bersifat koordinatif (tidak saling menerangkan), contohnya seperti berikut ini.
·         Jarak rumah ke kantornya lebih kurang dua kilometer.
5.      Frasa Pronominal
Frasa pronominal adalah frasa yang dibentuk dengan kata ganti.Frasa pronominal terdiri dari tiga jenis yaitu seperti berikut ini.
a.       Frasa pronominal modifikatif, contohnya seperti berikut.
·         Kami semua dimarahi guru karena meribut.
·         Mereka berdua minta izin karena mengikuti perlombaan.
b.      Frasa pronominal koordinatif, contohnya seperti berikut.
·         Aku dan kau suka dancow.
·         Saya dan dia sudah lama tidak bertegur sapa.
c.       Frasa pronominal apositif, contohnya seperti berikut.
·         Kami, bangsa Indonesia, menyatakan perang terhadap korupsi.
·         Mahasiswa, para pemuda, siap menjadi pasukan anti korupsi

6.      Frasa Numeralia
Frasa numeralia adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata bilangan.Frasa numeralia terdiri dari dua jenis yaitu.
a.       Frasa numeralia modifikatif, contohnya seperti di bawah ini.
·         Mereka memotong dua puluh ekor sapi kurban.
·         Orang itu menyumbang pembangunan jalan dua juta rupiah.
b.      Frasa numeralia koordinatif, contohnya seperti di bawah ini.
·         Lima atau enam orang bertopeng melintasi kegelapan pada gang itu.
·         Entah tiga, entah empat kali dia sudah meminjam uang saya.
.


7.      Frasa Demonstrativa koordinatif
Frasa demonstrativa koordinatif adalah frasa yang dibentuk dengan dua kata yang tidak saling menerangkan.Contohnya seperti berikut ini.
·         Saya bekerja di sana atau di sini sama saja.
·         Saya memakai baju ini atau itu tidak masalah.
8.      Frasa Proposional Koordinatif
Frasa proposional koordinatif dibentuk dari kata depan dan tidak saling menerangkan. Contohnya seperti berikut.
·         Perjalanan kami dari dan ke Bandung memerlukan waktu enam jam.
·         Koperasi dari, oleh dan untuk anggota.

B.     Klausa
Klausa adalah sebuah konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung unsur predikatif (Keraf, 1984:138).Klausa berpotensi menjadi kalimat.(Manaf, 2009:13) menjelaskan bahwa yang membedakan klausa dan kalimat adalah intonasi final di akhir satuan bahasa itu.Kalimat diakhiri dengan intonasi final, sedangkan klausa tidak diakhiri intonasi final. Intonasi final itu dapat berupa intonasi berita, tanya, perintah, dan kagum. Widjono (2007:143) membedakan klausa sebagai berikut.
1.      Klausa kalimat majemuk setara
Dalam kalimat majemuk setara (koordinatif), setiap klausa memiliki kedudukan yang sama. Kalimat majemuk koordinatif dibangun dengan dua klausa atau lebih yang tidak saling menerangkan.

Contohnya sebagai berikut.
·         Rima membaca kompas, dan adiknya bermain catur.
·         Klausa pertama Rima membaca kompas. Klausa kedua adiknya bermain catur. Keduanya tidak saling menerangkan.
2.      Klausa kalimat majemuk bertingkaT
Kalimat majemuk bertingkat dibangun dengan klausa yang berfungsi menerangkan klausa lainnya.Contohnya sebagai berikut.
·         Orang itu pindah ke Jakarta setelah suaminya bekerja di Bank Indonesia.
Klausa orang itu pindah ke Jakarta sebagai klausa utama (lazim disebut induk kalimat) dan klausa kedua suaminya bekerja di Bank Indonesia merupakan klausa sematan (lazim disebut anak kalimat).
3.      Klausa gabungan kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat
Klausa gabungan kalimat majemuk setara dan bertingkat, terdiri dari tiga klausa atau lebih.Contohnya seperti berikut ini.
·         Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi.
·         Kalimat di atas terdiri dari tiga klausa yaitu.
·         Dia pindah ke Jakarta (klausa utama)
·         Setelah ayahnya meninggal (klausa sematan)
·         Ibunya kawin lagi (klausa sematan)
          Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal.(Kalimat majemuk bertingkat).Ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi. (Kalimat majemuk setara)

C.     Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran (Widjono:146). Manaf (2009:11) lebih menjelaskan dengan membedakan kalimat menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis. Dalam bahasa lisan, kalimat adalah satuan bahasa yang mempunyai ciri sebagai berikut: (1) satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan kata dengan kata, gabungan kata dengan frasa, atau gabungan frasa dengan frasa, yang minimal berupa sebuah klausa bebas yang minimal

Ciri-ciri kalimat
Widjono (2007:147) menjelaskan ciri-ciri kalimat sebagai berikut.
·         Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan. Dalam bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru.
·         Sekurang-kurangnya terdiri dari atas subjek dan prediket.
·         Predikat transitif disertai objek, prediket intransitif dapat disertai pelengkap.

D.    Fungsi sintaksis dalam kalimat
Fungsi sintaksis pada hakikatnya adalah ”tempat” atau ”laci” yang dapat diisi oleh bentuk bahasa tertentu (Manaf, 2009:34). Wujud fungsi sintaksis adalah subjek (S), prediket (P), objek (O), pelengkap (Pel.), dan keterangan (ket).Tidak semua kalimat harus mengandung semua fungsi sintaksis itu.Unsur fungsi sintaksis yang harus ada dalam setiap kalimat adalah subjek dan prediket, sedangkan unsur lainnya, yaitu objek, pelengkap dan keterangan merupakan unsur penunjang dalam kalimat.
Berita :
Dandim tanjung selor tinjau kesiapan Latsitarda
Tana tidung.kedatangandandim 0903 tanjung selor letkol infranti budi permana S.IP disambut perwakilan pemerintah KTT melalui camat sesayap dan stafPMD tana tidung dipagun taka sesayap. Tak lain dalam rangka melakukan kunjungan kerja, meninjau kegiatan latihan integrasi taruna wreda (Latsirarda) yang akan diggelarkan diKTT. Dari beberapa hal yang akan dipastikan yakni, melakukan survey kesisapan lokas-lokasi sasaran rencana kegaiatan latsitarda yang akan digelarkan April mendatang. Di  sebutkan, 75 mahasiswa TNI Taruna akan ditenpatkan ditana tidung dalam rangka pelaksanaan Latsitarda. Dan para taruna ini melaksanakan tugas dan fungsiya sesuai arahan yang sudah kami berikan yakni melaksanaka tugas fisik dan non fisik serta berbaur dengan masyarakat setempat.’’ Ujar Letkol Infranti Budi Permana,S.IP kepada radar tarakan, jumat (24/3)lalu. Selaku dandim 0903 tanjung selor mengharapkan kepada seluruh masyarakat KTT dapat bekerja sama dan saling baur membaur dengan para Taruna Latsitarda.
Keterangan bagian kata
1.      Frasa verb
Contohnya yaitu kedatangan.
2.      Frasa nominal
Contohnya yaitu melakukan kunjungan kerja
3.      Frasa pronomia
Contohnya yaitu infranti budi permana S.IP disambut perwakilan pemerintah KTT melalui camat sesayap dan staf PMD tana tidung dipagun taka sesayap
4.      Frasa adjektiva
Contohnya yaitu bekerja sama dan saling baur membaur dengan para Taruna Latsitarda.
5.      Frasa Numerilia
Contonhny yaitu 75 mahasiswa TNI Taruna akan ditenpatkan ditana tidung dalam rangka pelaksanaan Latsitarda






Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.
Manaf, Ngusman Abdul, 2009. Sintaksis: Teori dan Terapannya dalam Bahasa Indonesia. Padang: Sukabina Press.

Minggu, 14 Mei 2017

HUBUNGAN ILMU TEORI SASTRA DENGAN KRITIK DAN SEJARAH SASTRA





A.    Pengertian teori sastra, sejarah sastra dan kritik sastra
1.      Teori sastra
Teori Sastra adalah menyelidiki dasar-dasar pengertian tentang hal-hal yang bersangkut paut dengan sastra, misalnya hakikat sastra, genre/jenis sastra, aliran- aliran, gaya bahasa, unsur cerita, dll.
2.      Sejarah sastra
Sejarah sastra adalah cabang ilmu sastra yang  berusaha menyelidiki perkembangan sastra sejak dari mula pertumbuhannya sampai perkembangannya yang sekarang.
3.      Kritik Sastra
 cabang ilmu sastra yang mengadakan penyelidikan langsung  terhadap suatu karya sastra tertentu. Ia mengadakan pendalaman dengan analisis serta penafsiran, kemudian berusaha memberikan suatu penilaian tentang berhasil atau tidaknya suatu karya sastra

B.     MACAM-MACAN ILMU SASTRA
Ada tiga macam ilmu- ilmu sastra yaitu sebagai berikut:
1.      Sastra Umum
Sastra Umum adalah ilmu sastra yang membicarakan hal ihwal sastra pada umumnya, terlepas dari masalah-masalah kekhususan dari kehidupan sastra akibat adanya corak bangsa dan bahasa
2.      Sastra khusus
Satra khusus adalah ilmu sastra yang membicarakan kehidupan sastra suatu bangsa atau suatu suku bangsa tertentu, atau sastra dengan suatu media bahasa tertentu.
3.      Sastra perbandingan
Satra perbandingan adalah ilmu sastra yang berusaha menyelidiki adanya persamaan, perbedaan, dan pengaruh dari berbagai hal yang terdapat pada dua atau beberapa sastra tertentu/sastra khusus.

C.     HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTAR CABANG ILMU SASTRA
1.      Hubungan sejarah sastra dan teori sastra
Penyelidikan sejarah sastra memerlukan bahan pengetahuan tentang teori sastra. Pembicaraan suatu angkatan tidak akan terlepas dari pembicaraan tentang gaya bahasa, aliran, genre sastra, latar belakang cerita, tema, dsb. Teori sastra memerlukan bahan bahan hasil penyelidikan sejarah sastra. Pembicarann tentang gaya bahasa atau tentang suatu aliran tidak dapat dilepaskan dari perkembangan sastra secara keseluruhan. Suatu pengertian tentang teori sastra dimungkinkan mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan data yang diperoleh dari sejarah sastra.
2.      Hubungan sejarah  sastra dan kritik sastra
Penelitian sejarah sastra perlu bantuan kritik sastra, tidak semua KS yang terbit dijadikan penelitian sejarah sastra.Untuk memilih KS yang diteliti sejarah sastra perlu bahan kritik sastra, sebab tugas kritik menentukan nilai suatu KS. Kritik sastra membutuhkankan bahan sejarah sastra, terutama dalam hal menentukan asli tidaknya sebuah KS atau ada tidaknya unsure pengaruh dari sastra lain.
3.      Hubungan kritik sastra dan teori sastra
Kritik sastra tidak akan berhasil tanpa dilandasi oleh dasar-dasr pengetahuan teori sastra. Jika akan menganalisis sebuah KS, perlu dasar teori tentang KS tersebut. Teori sastra merupakan sebagian modal bagi pelaksanaan kritik sastra. Kritik sastra merupakan pangkal dari teori sastra, teori tanpa data merupakan teori kosong (in vacuo).
D.    HUBUNGAN TEORI SASTRA DENGAN KRITIK SASTRA DAN SEJARAH SEJARAH
Pada hakikatnya, teori sastra membahas secara rinci aspek-aspek yang terdapat didalam karya sastra, baik konvensi bahasa yang meliputi makna, gaya, struktur, pilihan kata, maupun konvensi sastra yang meliputi tema, tokoh, penokohan, alur, latar, dan lainnya yang membangun keutuhan sebuah karya sastra. Di sisi lain, kritik sastra merupakan ilmu sastra yang mengkaji, menelaah, mengulas, memberi pertimbangan, serta memberikan penilaian tentang keunggulan dan kelemahan atau kekurangan karya sastra. Sasaran kerja kritikus sastra adalah penulis karya sastra dan sekaligus pembaca karya sastra. Untuk memberikan pertimbangan atas karya sastra kritikus sastra bekerja sesuai dengan konvensi bahasa dan konvensi sastra yang melingkupi karya sastra. Demikian juga terjadi hubungan antara teori sastra dengan sejarah sastra. Sejarah sastra adalah bagian dari ilmu sastra yang mempelajari perkembangan sastra dari waktu ke waktu, periode ke periode sebagai bagian dari pemahaman terhadap budaya bangsa.  Perkembangan sejarah sastra suatu bangsa, suatu daerah, suatu kebudayaan, diperoleh dari penelitian karya sastra yang dihasilkan para peneliti sastra yang menunjukkan terjadinya perbedaan-perbedaan atau persamaan-persamaan karya sastra pada periode-periode tertentu. Secara keseluruhan dalam pengkajian karya sastra, antara teori sastra, sejarah sastra dan kritik sastra terjalin keterkaitan.

Sumber :
Tjahjono Libertus, T. (1986). Sastra Indonesia: Pengantar Teori dan Apresiasi. Ende, Flores: Nusa Indah.
Luxemburg. (1982). Pengantar Ilmu Sastra. Terjemahan Dick Hartoko. Jakarta: Gramedia.