Senin, 27 Maret 2017

MORFOLOGI





A.        Pengertian morfologi
Kata morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani. Morphologie terdiri dari dua kata yaitu, morpheyang berarti bentuk dan logosyang berarti ilmu.Jadi, secara harfiah kata morfologi berarti ilmu mengenai bentuk. Dengan demikian Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan benyuk kata terhadap golongan dan arti kata atau morfologi mempelajari seluk beluk kata serta fungsi perubahan-perubahan benuik kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantic (Ramlan.1983: 16-17). Bentuk kata yaitu
1.      Kata dasar, contohnya sepeda
2.      Kata berimbuhan, contoh berepeda
3.      Kata majemuk, contohnya sapu tangan
4.      Kata ulang, contohnya berbondong-bondong
         Morfologiataumorfemikadalahtelaahmorfem, morfologidaptdibagimenjadiduatipeyaitu :
1.      Morfologi sinkronik menelaah morfem-morfemdalam satu cakupan waktu tertentu, baik waktu lama maupun waktu kini. Pada hakekatnya, morfologi sinkronik adalah suatu analisis linear, yang mempertanyakan apa-apa yang merupakan komponen leksikal dan komponen sintrktik kata-kata, dan bagaiman caranya komponen-komponen tersebut menambahkan, mengurangi, atau mengatur kembali dirinya di dalam berbagai ragam konteks.
2. Morfologidiakromikmenelaahsejarahatauasalusul kata, danmempermasalahkanmengapamisalnyapemakaiankiniberbedadenganpemakaian kata padamasalalu.
         Setiap orang yang menaruhperhatianbesarterhadapmasalah kata danmorfembesertamaknanya, mautidakmauharusmenelusurimasalahsinkronikdandiakronikini.
         Secarasingkat yang menjadigarapanmorfologisinkronikadalahsebagaiberikut :
a.  Morfemleksikaldanmorfemsintaktik
b. Morfembebasdanmorfemterikat
c.  Morfemdasardanmorfemimbuhan.
Bagian yang menjadigerapanmorfologidiakronikadalah :
1. Aneka proses etimologis,mencakup:
a.       Analogi
b.      Pemajemukan
c.       Reduplikasi
d.      Derivasi
e.       Formasisurut
f.       Kreasidasar
g.      Penyingkatan
2. Aneka, arahperubahanetimologis, yang mencakup :
a.       Deteriorasi
b.      Elevasi
c.       Spesialisasi
d.      Kongkretisasi
e.       Ekstensi
f.       Metaforisasi
g.      Radiasi.
(disarikandariHeatheringtos, 1980 :52-60)

         B.   Hubunganmorfemdan kata
         Dalam pembahasan ini mengenai kata telah diberikan pengertian dasar kata yang kami anut dan turuti. Apabila diperhatikan contoh-contoh dibwah ini yang telah kami eja dan pisah berdasarkan pengertian kata, maka akan tampak hubungan antara morfem dan kata.
Bahasa Indonesia :
a.       Pemerintah menciptakan kesempatan dan suasana, agar pemuda-pemuda bergairah bekerja dalam proyek-proyek pembangunan.
Bahasa inggris:
b.      John was looking for the glasses.
Kalimat (a) terdiridari 12 kata dankalimat  (b) terdiriatas 6 kata. Jikakitabandingkandengan kata kesempatandan kata suasana, makaakantampak/ternyatabahwa kata kesempatanterdiriatamorfem-morfem :sempat dank e-an sedangkan kata Susana hanyamerupakansatumorfemsaj. Dengandemikianksta looking adalahsebuah kata yang terdiriatamorfem look danmorfem –ing.
         Secaramorfologis kata dapatdibedakanatasdua : kata bermorfemtunggaldan kata bermorfemjamak. Kata-kata dalam contoh diatas dibedakan atas :
a.       Kata bermorfemtunggal
Ø  Dan,suasana,agar, dalam
Ø  John, was, for, the
b.      Kata bermorfemjamak
Ø  Pemerintah, menciptakan, kesempatan, pemuda-pemuda, bergairah,bekerja, pembangunan
Ø  Looking, glasses.
         C.   Proses morfologi
         Proses morfologi adalah proses pembentukan  kata bermorfem jamak baik derivative maupun inflektif. Proses ini disebut morfemis karena proses ini bermakna dan berfungsi sebagai pelengkap makna leksikal yang dimiliki oleh sebuah bentuk dasar. Di samping sebutan proses morfemis ini juga disebut proses morfologis. Pada umumnya proses morfemis dibedakan atas :
1. Proses  afiksasi
Proses afiksasi merupakan satu proses yang paling umum dalam bahasa. Proses ini terjadi apabila sebuah morfem terikat dibubuhkan atau dilekatkan pada sebuah morfem bebas secara urutan lurus. Berdasarkan posisi morfem terikat terhadap morfem bebas tersebut, proses afiksasi dibedakan atas:
a.       Pembubuhan depan dengan morfem terikat depan dilihat /dicatat dalam bahsa Indonesia seperti : per-, di-, ke-, me-, dan sebagainya.
b.      Pembubuhan tengah dengan morfem terikat tengah dapat dilihat dalam bahasa Indonesia seperti : -er-, -em-, dan –el-, dan sebagainya
c.       Pembubuhan akhir seperti –kan,i-, an-, wan-, dan sebagainya.
d.      Pembubuhan terbagi seperti ke-an, per-an,ke-i(ketahui), ber-an, dan sebagainya.
2. Komposisi atau Pemajemukan dalam Bahasa Indonesia
            Komposisi adalah proses kata pemajemukan. Kata majemuk ialah gabungan kata dasar yang telah bersenyawa atau yang sudah membentuk satu kesatuan dan menimbulkan arti baru (Alisjahbana, 1953).
Contoh :Keras+kepala = keras kepala
Kamar+mandi = kamar mandi
Mata+pelajaran = mata pelajaran
Kumis+kucing = kumis kucing
            Kumis kucing dalam arti ‘sejenis tanaman’ adalah kata majemuk, tetapi kumis kucing dalam arti ‘kumis dari seekor kucing’ bukanlah kata majemuk.Pokok kata (tidak bisa diartikan jika sendiri), tetapi setelah bergabung kemudian mempunyai arti sendiri disebut pemajemukan.
3.      Pengulangan (Reduplikasi)
            Pengulangan atau redupliksai adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruh, maupun sebagian, baik variasi fonem maupun tidak, hasil pengulangan itu merupakan kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar. Misalnya, rumah – rumah dari bentuk dasar rumah.
            Setiap kata ulang sudah pasti memilki bentuk dasr. Kata – kata seperti sia – sia, mondar – mandir dll., dalam tinjauan deskriftif tidak dapat dogolongkan kata ulang karena sebenarnya tidak ada satuan yang diulang. dari deretan morfologik dapat ditentukan bahwa sesungguhnya tidak ada satuan yang lebih kecil dari kata – kata tersebut. Secara historic atau komparatif, mungkin kata – kata itu dapat dimasukan kedalam golongan kata ulang.
Ø  Cara Menentukan Bentuk Dasar Kata Ulang
a.       Pengulangan tidak merubah golongan kata nomina, verb, dan subjek
Contoh : Berkata – kata dari bentuk dasar berkata.
Pada cara ini ada pengecualian yaitu pada imbuhan se- nya. misalnya stinggi – tingginya ini tidak merupakan pengulangan karena kata setinggi – tingginya merupakan kata keterangan.
b.      Bentuk dasar berupa satuan dalam kehidupan bahasa Indonesia.
Contoh : Mepertahan – tahankan                               
Bentuk dasarnya bukan mepertahankan melainkan mempertahankan, karena mempertahan tidak terdapat dalam pemakaian bahasa Indonesia.
Ø  Macam – Macam Pengulangan
a.       Pengulangan Seluruh
            Pengulangan seluruh ialah pengulangan seluruh bentuk dasar, tanapa perubahan fonem adan tidak berkombinasi dengan proses perubahan afiks., misalnya sepeda sepeda – sepeda.
b.      Pengulangan
            sebagian ialah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. misalnya mengambil – ambil.
c.       Pengulangan Yang Berkombinasi Dengan Proses Pembubuhan Afiks
            Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks yaitu, bentuk dasar diulang seluruhnya dan berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, maksudnya pengulanag itu terjadi bersama – sama dengan proses pembubuhan afiks dan bersama – sama pula mendukung satu fungsi. Misalnya, kereta – keretaan.
d.      Pengulangan Dengan Perubahan Fonem Kata ulang yang pengulangannya termasuk golongan ini sebenarnya sangat sedikit
            Disamping bolak – balik terdapat kata kebalikannya, sebaliknya, dibalik, membalik, dari perbandingan itu dapat disimpulkan bahwa kata bolak – balik dibentuk dari bentuk dasar balik yang diulang seluruhnya dengan perubahan fonem, ialah dari /a/, menjadi /o/, dan dari /i/, menjadi /a/.

        D.        Pengertian Morfem
            Morfologi mengenal unsur dasar atau satuan terkecil dalam wilayah pengamatannya.morfem adalah satuan gramatikal yang terkecil sebagai satuan gramatikal,morfem mempunyai makna.
            Dalam ilmu bahasa dikenal satuan seperti kata,frase, klausa,kalimat. Dalam praktek morfem dapat dikenal dan ditemukan dengan jalan memperbandingkan satuan-satuan ujaran yang mengandung kesamaan dan pertentangan
Contoh : 
-       Dalam bentuk fonologis dalam makna dibandingangkan dengan kata:
1)        Di ambil - ambil
2)        Di bawa - bawa
3)        Di curi - curi
4)        Di dukung - dukung
E.                Jenis-jenis Morfem
            Berdasarkan criteria tertentu, kita dapat mengklasifikasikan morfem menjadi berjenis-jenis. Penjenisan ini dapat ditinjau dari dua segi yakni hubungannya dan distribusinya (Samsuri, 1982:186; Prawirasumantri, 1985:139).
1.             Ditinjau dari Hubungannya
Pengklasifikasian morfem dari segi hubungannya, masih dapat kita lihat dari hubungan struktural dan hubungan posisi.
2.             Ditinjau dari Hubungan Struktur
            Menurut hubungan strukturnya, morfem dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu morfem bersifat aditif (tambahan) yang bersifat replasif (penggantian), dan yang bersifat substraktif (pengurangan).
            Morfem yang bersifat aditif yaitu morfem-morfem yang biasa yang pada umumnya terdapat pada semua bahasa, seperti pada urutan putra, tunggal, -nya, sakit. Unsur-unsur morfem tersebut tidak lain penambahan yang satu dengan yang lain.
            Morfem yang bersifat replasif yaitu morfem-morfem berubah bentuk atau berganti bentuk dari morfem asalnya. Perubahan bentuk itu mungkin disebabkan oleh perubahan waktu atau perubahan jumlah. Contoh morfem replasif ini terdapat dalam bahasa Inggris. Untuk menyatakan jamak, biasanya dipergunakan banyak alomorf. Bentuk-bentuk /fiyt/, /mays/, /mεn/ masing-masing merupakan dua morfem /f…t/, /m…s/, /m…n/ dan /iy ← u/, /ay ← aw/, /ε/, /æ/. Bentuk-bentuk yang pertama dapat diartikan masing-masing ‘kaki’, ‘tikus’, dan ‘orang’, sedangkan bentuk-bentuk yang kedua merupakan alomorf-alomorf jamak. Bentuk-bentuk yang kedua inilah yang merupakan morfem-morfem atau lebih tepatnya alomorf-alomorf yang bersifat penggantian itu, karena /u/ diganti oleh /iy/ pada kata foot dan feet, /aw/ diganti oleh /ay/ pada kata mouse dan mice, dan /æ/ diganti oleh / ε/ pada kata man dan men.
            Morfem bersifat substraktif, misalnya terdapat dalam bahasa Perancis. Dalam bahasa ini, terdapat bentuk ajektif yang dikenakan pada bentuk betina dan jantan secara ketatabahasaan.
            Bentuk-bentuk yang ‘bersifat jantan’ adalah ‘bentuk betina’ yang dikurangi konsonan akhir. Jadi dapat dikatakan bahwa pengurangan konsonan akhir itu merupakan morfem jantan.
            Berdasarkan pernyataan di atas, kita akan berpendapat bahwa untuk “membetinakan” morfem “jantan” bisa dilakukan dengan cara menambahkan morfem-morfem lain. Itu bisa saja, tetapi kita harus ingat bahwa morfem tersebut mempunyai bermacam-macam alomorf. Jika diketahui bentuk jantannya, kita tidak dapat memastikan dengan tegas bentuk “betinanya”. Misal diketahui bentuk jantan / fraw / ‘ dingin ‘ kita tidak dapat secara tepatmematikan bahwa bentuk ‘’ betinanya “” / frawd /. Berbeda jika bentuk betinanya yang diketahui, bentuk jantannya akan dapat dipastikandengan mudah yakni menghilangkan sebuah fonem akhir, Misalnya / gras / :gemuk: merupakan bentuk betina, maka jantannya patilah / gra /.
3.             Ditinjau dari Hubungan Posisi
            Dilihat dari hubungan posisinya, morfem pun dapat dibagi menjadi tiga macam yakni ; morfem yang bersifat urutan, sisipan, dan simultan. Tiga jenis morfem ini akan jelas bila diterangkan dengan memakai morfem-morfem imbuhan dan morfem lainnya.
            Contoh morfem yang bersifat urutan terdapat pada kata berpakaian yaitu / ber-/+/-an/. Ketiga morfem itu bersifat berurutan yakni yang satu terdapat sesudah yang lainnya.
            Contoh morfem yang bersifat sisipan dapat kita lihat dari kata / telunjuk/. Bentuk tunjuk merupakan bentuk kata bahasa Indonesia di samping telunjuk. Kalau diuraikan maka akan menjadi / t…unjuk/+/-e1-/.
            Morfem simultan atau disebut pula morfem tidak langsung terdapat pada kata-kata seperti /k∂hujanan/. /k∂siaηgan/ dan sebagainya. Bentuk /k∂hujanan/ terdiri dari /k∂…an/ dan /hujan/, sedang /kesiangan/ terdiri dari /ke…an/ dan /siaη/. Bentuk /k∂-an/ dalam bahasa Indonesia merupakan morfem simultan, terbukti karena bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk /k∂hujan/ atau /hujanan/ maupun /k∂siaη/ atau /sianaη/. Morfem simultan itu sering disebut morfem kontinu ( discontinous morpheme ).
4.             Ditinjau dari Distribusinya
            Ditinjau dari distribusinya, morem dapat dibagi menja didua macam yaitu morfem bebas dan moremikat.Morfem bebas ialah morfem yang dapat berdiri dalam tuturan biasa ,atau morfem yang dapat berfungsi sebagai kata, misalnya : bunga, cinta, sawah, kerbau.
            Morfemikat yaitu morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa, misalnya :di-, ke-, -i, se-, ke-an. Disamping itu ada bentuk lain seperti juang, gurau, yang selalu disertai oleh salah satu imbuhan baru dapat digunakan dalam komunikasi yang wajar. Samsuri( 1982:188 )menamakan bentuk-bentuk seperti bunga, cinta, sawah, dan kerbau dengan istilah akar: bentuk-bentuk seperti di-,ke-, -i, se-, ke-an dengan nama afiks atau imbuhan; dan juang, gurau dengan istilah pokok.
            Sementara itu Verhaar (1984:53)berturut-turut dengan istilah dasar afiks atau imbuhan dan akar. Selain itu ada satu bentuk lagi seperti belia, renta, siur yang masing-masing hanya mau melekat pada bentuk muda, tua, dansimpang, tidak bisa dilekatkan pada bentuk lain. Bentuk seperti itu dinamakan morfemunik.
            Dalam bahasa-bahasa tertentu, ada pula bentuk-bentuk biasanya sangat pendek yang mempunyai fungsi “memberikan fasilitas”, yaitu melekatnya afiks atau bagi afiksasi selanjutnya. Contoh dalam bahasa Sangsekerta, satuan /wad/ ‘menulis’ tidak akan dibubuhi afiks apabila tidak didahului dengan pembubuhan satuan /a/ sehingga terjelma bentuk sekunder atau bentuk kedua yakni satuan /wada/ yang dapat yang dapat memperoleh akhiran sepertiwadati, wadama. Bentuk /a/ sepertiitudisebutpembentukdasar.Sehubungan dengan distribusinya, afiks atau imbuhan dapat pula dibagi menjadi imbuhan terbuka dan tertutup.Imbuhan terbuka yaitu imbuhan yang setelah melekat pada suatu benda masih dapat menerima kehadiran imbuhan lain. Sebagai contoh afiks /p∂r/ setelah dibubuhkan pada satuan /b∂sar/ menjadi perbesar/p∂rb∂sar/. Satuan /p∂rb∂sar/masih menerima afiks lain seperti /di/ sehingga menjadi /dip∂rb∂sar/. Imbuhan /p∂r/ dinamakan imbuhan terbuka, karena masih dapat menerima kehadiran afiks /di/.
          Sedangkan yang dimaksud dengan imbuhan tertutup ialah imbuhan atau afiks yang setelah melekat pada suatu bentuk tidak dapat menerima kehadiran bentuk lain, misalnya afiks /di/ setelah melekat pada satuan /baca/menjadi/dibaca/ tidak dapat menerima kehadiran afiks lainnya. Afiks /di/ itulah merupakan contoh afiks atau imbuhan tertutup.

Satu paragraph berita:
          Dari tes urine berdasarkan hasilberitaacara pemeriksaan (BAP) pihak kepolisian,terdakwa juga negative mengandung zat narkoba dalam tubuhnya. Sementaraikutdisita oleh petugas kepolisian berupa barang bukti uang tunai sebesar Rp20,8juta yang diterangkan oleh petugas kuasa hukum terdakwa dari hasil penjualan panen tambak udang. Selain uang tunai, aparat kepolisian juga mengamankan satu bungkuskecilnarkoba.’’keterangansaksisudahsemua. Dia (terdakwa) dalamtes urine tidakpositif,’’sambungnya.Sidangsempatditundaolehmajelis hakim padarabu (15/3)pekansebelumnya.Dalamsidangpadarabu (8/3) duapekansebelumnya, terungkapdalamfakta di persidangan, saksi nurbayah (54) selaku ketua RT 20 kelurahan Karang Anyar pantai yang mengetahui langsung peristiwa penangkapan tersebut. Saksi Nurbayah juga sempat melihat penggeledahan yang dilakukan polisi, yang menemukan dua buah amplop warna kuning yang masing-masingberisi uang tunai Rp 10  juta dan Rp 10,8 juta, sehingga total uang tunai yang diamankan petugas sebesar 20,8 ribu.’’ Biasanya dia (terdakwa) kerja dibengkel dan bantu mamanya,’’ ungkap saksi nurbayah dalam persidangan.

Kata terikatada :
1. Berdasarkan       6. Disita                       11. Keterangan            16. penangkapan
2. Pemeriksaan       7. Berupa                     12. Terungkap             17. Penggeledahan
3. Kepolisian          8. mengamankan         13. Persidangan           18. Menemukan
4. Terdakwa           9. Diterangkan                        14. Kelurahan              19.berisi
5. Mengandung     10.penjualan                15. Mengetahui           20. Sehingga

21 ditunda             22.Tersebut                 23.Melihat                   24.Dilakukan
25. diamankan       26. Dibengkel              27.Ketua                     28.Peristiwa




Kata bebasada :
1. Dari                    11.narkoba      21. Sebesar      31. Narkoba    41. Fakta         51. Dan
2. tes                      12. Dalam        22. Juta            32. saksi          42. Selaku       52. total
3. Urine                  13. Tubuh        23. Yang         33. Sudah        43. Karang      53. Kerja
4. Hasil                  14. Sementara 24. Panen        34. Semua       44. Anyar        54. Bantu  
5. Berita                 15. Ikut           25. Tambak     35. Dalam        45. Pantai       
6. Acara                 16. Oleh          26. Udang       36. Tidak         46. Langsung
7. Juga                   17. Barang       27. Aparat       37. positif        47. Buah
8. Negative                        18. Bukti         28. Satu           38. Sambung   48. Amplop
9. Zat                     19. Uang         29. Bungkus    39. Sidang       49. Warna
10.  Narkoba          20. Tunai         30.kecil            40. Dua           50. Kuning














Daftarpustaka
Resmini, Novi, dkk. 2006. Kebahasaan (Fanologi, Morfologi dan Semantik). Bandung: UPI PRESS.
Alwi, Hasan, dkk (peny). 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Sutawijaya, Alam. 1996. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Parera,Daniel, jos.1988. Morfologi. Jakarta :GramediaPustakaUtama.
Tarigan, Guntur, Henry. 2009. PengajaranMorfologi. Bandung :Angkasa Bandung.