A.
Pengertian morfologi
Kata morfologi
berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani.
Morphologie terdiri dari dua kata yaitu, morpheyang berarti bentuk dan
logosyang berarti ilmu.Jadi, secara harfiah kata morfologi
berarti ilmu mengenai bentuk. Dengan demikian Morfologi adalah bagian dari ilmu
bahasa yang membicarakan seluk beluk bentuk kata serta pengaruh
perubahan-perubahan benyuk kata terhadap golongan dan arti kata atau morfologi
mempelajari seluk beluk kata serta fungsi perubahan-perubahan benuik kata itu,
baik fungsi gramatik maupun fungsi semantic (Ramlan.1983: 16-17). Bentuk kata
yaitu
1.
Kata dasar, contohnya
sepeda
2.
Kata berimbuhan, contoh
berepeda
3.
Kata majemuk, contohnya
sapu tangan
4.
Kata ulang, contohnya
berbondong-bondong
Morfologiataumorfemikadalahtelaahmorfem,
morfologidaptdibagimenjadiduatipeyaitu :
1. Morfologi
sinkronik menelaah morfem-morfemdalam satu cakupan waktu tertentu, baik waktu
lama maupun waktu kini. Pada hakekatnya, morfologi sinkronik adalah suatu
analisis linear, yang mempertanyakan apa-apa yang merupakan komponen leksikal
dan komponen sintrktik kata-kata, dan bagaiman caranya komponen-komponen
tersebut menambahkan, mengurangi, atau mengatur kembali dirinya di dalam
berbagai ragam konteks.
2. Morfologidiakromikmenelaahsejarahatauasalusul kata,
danmempermasalahkanmengapamisalnyapemakaiankiniberbedadenganpemakaian kata
padamasalalu.
Setiap
orang yang menaruhperhatianbesarterhadapmasalah kata danmorfembesertamaknanya,
mautidakmauharusmenelusurimasalahsinkronikdandiakronikini.
Secarasingkat
yang menjadigarapanmorfologisinkronikadalahsebagaiberikut :
a. Morfemleksikaldanmorfemsintaktik
b. Morfembebasdanmorfemterikat
c. Morfemdasardanmorfemimbuhan.
Bagian yang menjadigerapanmorfologidiakronikadalah
:
1. Aneka proses etimologis,mencakup:
a.
Analogi
b.
Pemajemukan
c.
Reduplikasi
d.
Derivasi
e.
Formasisurut
f.
Kreasidasar
g.
Penyingkatan
2. Aneka, arahperubahanetimologis, yang mencakup :
a.
Deteriorasi
b.
Elevasi
c.
Spesialisasi
d.
Kongkretisasi
e.
Ekstensi
f.
Metaforisasi
g.
Radiasi.
(disarikandariHeatheringtos, 1980 :52-60)
B. Hubunganmorfemdan kata
Dalam pembahasan ini mengenai
kata telah diberikan pengertian dasar kata yang kami
anut dan turuti. Apabila diperhatikan contoh-contoh dibwah ini yang telah kami
eja dan pisah berdasarkan pengertian kata, maka akan tampak hubungan antara morfem dan
kata.
Bahasa Indonesia :
a. Pemerintah menciptakan kesempatan dan suasana, agar
pemuda-pemuda bergairah bekerja dalam proyek-proyek pembangunan.
Bahasa inggris:
b.
John
was looking for the glasses.
Kalimat (a) terdiridari 12 kata dankalimat (b) terdiriatas 6 kata.
Jikakitabandingkandengan kata kesempatandan kata suasana,
makaakantampak/ternyatabahwa kata kesempatanterdiriatamorfem-morfem :sempat
dank e-an sedangkan kata Susana hanyamerupakansatumorfemsaj. Dengandemikianksta
looking adalahsebuah kata yang terdiriatamorfem look danmorfem –ing.
Secaramorfologis
kata dapatdibedakanatasdua : kata bermorfemtunggaldan kata bermorfemjamak.
Kata-kata dalam contoh diatas dibedakan atas :
a.
Kata
bermorfemtunggal
Ø Dan,suasana,agar, dalam
Ø John, was, for, the
b.
Kata
bermorfemjamak
Ø Pemerintah, menciptakan, kesempatan, pemuda-pemuda,
bergairah,bekerja, pembangunan
Ø Looking, glasses.
C. Proses
morfologi
Proses
morfologi adalah proses pembentukan
kata bermorfem jamak baik derivative maupun inflektif. Proses
ini disebut morfemis karena proses
ini bermakna dan berfungsi sebagai pelengkap makna leksikal yang
dimiliki oleh sebuah bentuk dasar. Di samping sebutan proses morfemis ini juga disebut
proses morfologis. Pada umumnya proses morfemis dibedakan atas :
1. Proses afiksasi
Proses afiksasi merupakan satu proses yang paling
umum dalam bahasa. Proses
ini terjadi apabila sebuah morfem terikat dibubuhkan atau dilekatkan pada sebuah morfem bebas secara urutan lurus.
Berdasarkan posisi morfem terikat terhadap morfem bebas tersebut, proses
afiksasi dibedakan atas:
a. Pembubuhan depan dengan morfem terikat depan dilihat
/dicatat dalam bahsa Indonesia seperti : per-, di-, ke-, me-, dan sebagainya.
b. Pembubuhan tengah dengan morfem terikat tengah dapat dilihat dalam bahasa
Indonesia seperti : -er-, -em-, dan –el-, dan sebagainya
c. Pembubuhan akhir seperti –kan,i-, an-, wan-,
dan sebagainya.
d. Pembubuhan terbagi seperti ke-an, per-an,ke-i(ketahui),
ber-an, dan sebagainya.
2. Komposisi atau Pemajemukan dalam Bahasa Indonesia
Komposisi
adalah proses kata pemajemukan. Kata majemuk ialah gabungan kata dasar yang
telah bersenyawa atau yang sudah membentuk satu kesatuan dan menimbulkan arti
baru (Alisjahbana, 1953).
Contoh
:Keras+kepala = keras kepala
Kamar+mandi
= kamar mandi
Mata+pelajaran
= mata pelajaran
Kumis+kucing
= kumis kucing
Kumis kucing dalam arti ‘sejenis
tanaman’ adalah kata majemuk, tetapi kumis kucing dalam arti ‘kumis dari seekor
kucing’ bukanlah kata majemuk.Pokok kata (tidak bisa diartikan jika sendiri),
tetapi setelah bergabung kemudian mempunyai arti sendiri disebut pemajemukan.
3.
Pengulangan (Reduplikasi)
Pengulangan atau redupliksai adalah pengulangan satuan gramatik,
baik seluruh, maupun sebagian, baik variasi fonem maupun tidak, hasil
pengulangan itu merupakan kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan
bentuk dasar. Misalnya, rumah – rumah dari bentuk dasar rumah.
Setiap kata ulang
sudah pasti memilki bentuk dasr. Kata – kata seperti sia – sia, mondar – mandir
dll., dalam tinjauan deskriftif tidak dapat dogolongkan kata ulang karena
sebenarnya tidak ada satuan yang diulang. dari deretan morfologik dapat
ditentukan bahwa sesungguhnya tidak ada satuan yang lebih kecil dari kata –
kata tersebut. Secara historic atau komparatif, mungkin kata – kata itu dapat
dimasukan kedalam golongan kata ulang.
Ø Cara Menentukan Bentuk Dasar Kata Ulang
a.
Pengulangan
tidak merubah golongan kata nomina, verb, dan subjek
Contoh :
Berkata – kata dari bentuk dasar berkata.
Pada cara
ini ada pengecualian yaitu pada imbuhan se- nya. misalnya stinggi – tingginya
ini tidak merupakan pengulangan karena kata setinggi – tingginya merupakan kata
keterangan.
b.
Bentuk dasar berupa
satuan dalam kehidupan bahasa Indonesia.
Contoh
: Mepertahan – tahankan
Bentuk dasarnya bukan
mepertahankan melainkan mempertahankan, karena mempertahan tidak terdapat dalam
pemakaian bahasa Indonesia.
Ø Macam
– Macam Pengulangan
a. Pengulangan
Seluruh
Pengulangan seluruh ialah
pengulangan seluruh bentuk dasar, tanapa perubahan fonem adan tidak
berkombinasi dengan proses perubahan afiks., misalnya sepeda sepeda – sepeda.
b. Pengulangan
sebagian ialah pengulangan sebagian
dari bentuk dasarnya. misalnya mengambil – ambil.
c. Pengulangan
Yang Berkombinasi Dengan Proses Pembubuhan Afiks
Pengulangan yang berkombinasi dengan
proses pembubuhan afiks yaitu, bentuk dasar diulang seluruhnya dan berkombinasi
dengan proses pembubuhan afiks, maksudnya pengulanag itu terjadi bersama – sama
dengan proses pembubuhan afiks dan bersama – sama pula mendukung satu fungsi.
Misalnya, kereta – keretaan.
d.
Pengulangan Dengan
Perubahan Fonem Kata ulang yang pengulangannya termasuk golongan ini sebenarnya
sangat sedikit
Disamping bolak – balik terdapat
kata kebalikannya, sebaliknya, dibalik, membalik, dari perbandingan itu dapat
disimpulkan bahwa kata bolak – balik dibentuk dari bentuk dasar balik yang
diulang seluruhnya dengan perubahan fonem, ialah dari /a/, menjadi /o/, dan dari
/i/, menjadi /a/.
D.
Pengertian Morfem
Morfologi mengenal unsur dasar atau
satuan terkecil dalam wilayah pengamatannya.morfem adalah satuan gramatikal
yang terkecil sebagai satuan gramatikal,morfem mempunyai makna.
Dalam ilmu bahasa dikenal satuan
seperti kata,frase, klausa,kalimat. Dalam praktek morfem dapat dikenal dan
ditemukan dengan jalan memperbandingkan satuan-satuan ujaran yang mengandung
kesamaan dan pertentangan
Contoh
:
- Dalam bentuk fonologis dalam makna dibandingangkan dengan kata:
1)
Di ambil - ambil
2)
Di bawa - bawa
3)
Di curi - curi
4)
Di dukung - dukung
E.
Jenis-jenis Morfem
Berdasarkan criteria tertentu, kita
dapat mengklasifikasikan morfem menjadi berjenis-jenis. Penjenisan ini dapat
ditinjau dari dua segi yakni hubungannya dan distribusinya (Samsuri, 1982:186;
Prawirasumantri, 1985:139).
1.
Ditinjau dari Hubungannya
Pengklasifikasian
morfem dari segi hubungannya, masih dapat kita lihat dari hubungan struktural
dan hubungan posisi.
2.
Ditinjau dari Hubungan Struktur
Menurut hubungan strukturnya, morfem
dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu morfem bersifat aditif (tambahan)
yang bersifat replasif (penggantian), dan yang bersifat substraktif (pengurangan).
Morfem yang bersifat aditif yaitu
morfem-morfem yang biasa yang pada umumnya terdapat pada semua bahasa, seperti
pada urutan putra, tunggal, -nya, sakit. Unsur-unsur morfem tersebut
tidak lain penambahan yang satu dengan yang lain.
Morfem yang bersifat replasif yaitu
morfem-morfem berubah bentuk atau berganti bentuk dari morfem asalnya.
Perubahan bentuk itu mungkin disebabkan oleh perubahan waktu atau perubahan
jumlah. Contoh morfem replasif ini terdapat dalam bahasa Inggris. Untuk
menyatakan jamak, biasanya dipergunakan banyak alomorf. Bentuk-bentuk /fiyt/,
/mays/, /mεn/ masing-masing merupakan dua morfem /f…t/, /m…s/, /m…n/ dan /iy ←
u/, /ay ← aw/, /ε/, /æ/. Bentuk-bentuk yang pertama dapat diartikan
masing-masing ‘kaki’, ‘tikus’, dan ‘orang’, sedangkan bentuk-bentuk yang kedua
merupakan alomorf-alomorf jamak. Bentuk-bentuk yang kedua inilah yang merupakan
morfem-morfem atau lebih tepatnya alomorf-alomorf yang bersifat penggantian
itu, karena /u/ diganti oleh /iy/ pada kata foot dan feet, /aw/
diganti oleh /ay/ pada kata mouse dan mice, dan /æ/ diganti oleh
/ ε/ pada kata man dan men.
Morfem bersifat substraktif,
misalnya terdapat dalam bahasa Perancis. Dalam bahasa ini, terdapat bentuk
ajektif yang dikenakan pada bentuk betina dan jantan secara
ketatabahasaan.
Bentuk-bentuk yang ‘bersifat jantan’
adalah ‘bentuk betina’ yang dikurangi konsonan akhir. Jadi dapat dikatakan
bahwa pengurangan konsonan akhir itu merupakan morfem jantan.
Berdasarkan pernyataan di atas, kita
akan berpendapat bahwa untuk “membetinakan” morfem “jantan” bisa dilakukan
dengan cara menambahkan morfem-morfem lain. Itu bisa saja, tetapi kita harus
ingat bahwa morfem tersebut mempunyai bermacam-macam alomorf. Jika diketahui
bentuk jantannya, kita tidak dapat memastikan dengan tegas bentuk “betinanya”.
Misal diketahui bentuk jantan / fraw / ‘ dingin ‘ kita tidak dapat secara
tepatmematikan bahwa bentuk ‘’ betinanya “” / frawd /. Berbeda jika bentuk
betinanya yang diketahui, bentuk jantannya akan dapat dipastikandengan mudah
yakni menghilangkan sebuah fonem akhir, Misalnya / gras / :gemuk: merupakan
bentuk betina, maka jantannya patilah / gra /.
3.
Ditinjau
dari Hubungan Posisi
Dilihat dari hubungan posisinya,
morfem pun dapat dibagi menjadi tiga macam yakni ; morfem yang bersifat urutan,
sisipan, dan simultan. Tiga jenis morfem ini akan jelas bila
diterangkan dengan memakai morfem-morfem imbuhan dan morfem lainnya.
Contoh morfem yang bersifat urutan
terdapat pada kata berpakaian yaitu / ber-/+/-an/. Ketiga morfem itu
bersifat berurutan yakni yang satu terdapat sesudah yang lainnya.
Contoh morfem yang bersifat sisipan
dapat kita lihat dari kata / telunjuk/. Bentuk tunjuk merupakan bentuk
kata bahasa Indonesia di samping telunjuk. Kalau diuraikan maka akan
menjadi / t…unjuk/+/-e1-/.
Morfem simultan atau disebut pula
morfem tidak langsung terdapat pada kata-kata seperti /k∂hujanan/. /k∂siaηgan/
dan sebagainya. Bentuk /k∂hujanan/ terdiri dari /k∂…an/ dan /hujan/, sedang
/kesiangan/ terdiri dari /ke…an/ dan /siaη/. Bentuk /k∂-an/ dalam bahasa
Indonesia merupakan morfem simultan, terbukti karena bahasa Indonesia tidak
mengenal bentuk /k∂hujan/ atau /hujanan/ maupun /k∂siaη/ atau /sianaη/. Morfem
simultan itu sering disebut morfem kontinu ( discontinous morpheme ).
4.
Ditinjau
dari Distribusinya
Ditinjau dari distribusinya,
morem dapat dibagi menja didua macam yaitu morfem bebas dan moremikat.Morfem bebas ialah morfem yang
dapat berdiri dalam tuturan biasa ,atau morfem yang dapat berfungsi sebagai kata,
misalnya : bunga, cinta, sawah, kerbau.
Morfemikat yaitu morfem
yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa, misalnya :di-, ke-, -i, se-, ke-an.
Disamping itu ada bentuk lain seperti juang,
gurau, yang
selalu disertai oleh salah satu imbuhan baru dapat digunakan dalam komunikasi yang wajar.
Samsuri( 1982:188 )menamakan bentuk-bentuk seperti bunga, cinta, sawah, dan kerbau dengan istilah akar: bentuk-bentuk seperti di-,ke-, -i, se-, ke-an dengan nama afiks atau imbuhan; dan juang,
gurau dengan istilah pokok.
Sementara itu Verhaar
(1984:53)berturut-turut dengan istilah dasar afiks atau imbuhan dan akar. Selain itu ada satu bentuk lagi seperti belia, renta, siur yang masing-masing hanya mau melekat pada bentuk muda, tua, dansimpang, tidak bisa dilekatkan pada bentuk lain.
Bentuk seperti itu dinamakan morfemunik.
Dalam bahasa-bahasa tertentu,
ada pula bentuk-bentuk biasanya sangat pendek yang mempunyai fungsi
“memberikan fasilitas”, yaitu melekatnya afiks atau bagi afiksasi selanjutnya. Contoh dalam bahasa Sangsekerta,
satuan /wad/ ‘menulis’
tidak akan dibubuhi afiks apabila tidak didahului dengan pembubuhan satuan /a/
sehingga terjelma bentuk sekunder atau bentuk kedua yakni satuan /wada/ yang dapat yang
dapat memperoleh akhiran sepertiwadati, wadama. Bentuk /a/
sepertiitudisebutpembentukdasar.Sehubungan dengan distribusinya,
afiks atau imbuhan dapat pula dibagi menjadi imbuhan terbuka dan tertutup.Imbuhan terbuka yaitu imbuhan
yang setelah melekat pada suatu benda masih dapat menerima kehadiran imbuhan lain.
Sebagai contoh afiks /p∂r/ setelah dibubuhkan pada satuan /b∂sar/ menjadi perbesar/p∂rb∂sar/. Satuan
/p∂rb∂sar/masih menerima afiks lain seperti /di/ sehingga menjadi /dip∂rb∂sar/.
Imbuhan /p∂r/ dinamakan imbuhan terbuka, karena masih dapat menerima kehadiran afiks
/di/.
Sedangkan yang dimaksud dengan imbuhan
tertutup ialah imbuhan atau afiks yang setelah melekat pada suatu bentuk tidak
dapat menerima kehadiran bentuk lain, misalnya afiks /di/ setelah melekat pada
satuan /baca/menjadi/dibaca/ tidak dapat menerima kehadiran afiks lainnya.
Afiks /di/ itulah merupakan contoh afiks atau imbuhan tertutup.
Satu paragraph berita:
Dari tes
urine berdasarkan hasilberitaacara pemeriksaan (BAP) pihak kepolisian,terdakwa juga negative mengandung zat narkoba dalam tubuhnya. Sementaraikutdisita oleh petugas kepolisian berupa barang bukti uang tunai sebesar
Rp20,8juta
yang diterangkan oleh petugas kuasa hukum terdakwa dari hasil penjualan panen tambak udang. Selain uang tunai, aparat kepolisian juga mengamankan satu bungkuskecilnarkoba.’’keterangansaksisudahsemua. Dia (terdakwa) dalamtes urine tidakpositif,’’sambungnya.Sidangsempatditundaolehmajelis hakim padarabu
(15/3)pekansebelumnya.Dalamsidangpadarabu
(8/3) duapekansebelumnya,
terungkapdalamfakta
di persidangan, saksi nurbayah
(54) selaku ketua RT 20 kelurahan Karang Anyar pantai
yang mengetahui langsung peristiwa penangkapan tersebut.
Saksi Nurbayah juga sempat melihat penggeledahan
yang dilakukan polisi, yang menemukan dua buah amplop warna kuning yang
masing-masingberisi uang tunai Rp
10 juta dan Rp 10,8 juta, sehingga total uang tunai yang diamankan petugas sebesar
20,8 ribu.’’ Biasanya dia (terdakwa) kerja dibengkel dan bantu mamanya,’’
ungkap saksi nurbayah dalam persidangan.
Kata terikatada :
1. Berdasarkan 6.
Disita 11.
Keterangan 16. penangkapan
2. Pemeriksaan 7.
Berupa 12. Terungkap 17. Penggeledahan
3. Kepolisian 8.
mengamankan 13. Persidangan 18. Menemukan
4. Terdakwa 9.
Diterangkan 14.
Kelurahan 19.berisi
5. Mengandung 10.penjualan 15. Mengetahui 20. Sehingga
21 ditunda 22.Tersebut 23.Melihat 24.Dilakukan
25. diamankan 26. Dibengkel 27.Ketua 28.Peristiwa
Kata bebasada :
1. Dari 11.narkoba 21. Sebesar 31. Narkoba 41. Fakta 51. Dan
2. tes 12. Dalam 22. Juta 32.
saksi 42. Selaku 52. total
3. Urine 13.
Tubuh 23. Yang 33. Sudah 43. Karang 53.
Kerja
4. Hasil 14.
Sementara 24. Panen 34. Semua 44.
Anyar 54. Bantu
5. Berita 15. Ikut 25. Tambak 35.
Dalam 45. Pantai
6. Acara 16. Oleh 26. Udang 36.
Tidak 46. Langsung
7. Juga 17. Barang 27. Aparat 37. positif 47.
Buah
8. Negative 18. Bukti 28. Satu 38. Sambung 48.
Amplop
9. Zat 19. Uang 29. Bungkus 39. Sidang 49. Warna
10. Narkoba 20. Tunai 30.kecil 40.
Dua 50. Kuning
Daftarpustaka
Resmini, Novi, dkk. 2006. Kebahasaan (Fanologi,
Morfologi dan Semantik). Bandung: UPI PRESS.
Alwi, Hasan, dkk (peny). 1998. Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Sutawijaya, Alam. 1996. Morfologi Bahasa
Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Parera,Daniel, jos.1988. Morfologi. Jakarta :GramediaPustakaUtama.
Tarigan, Guntur, Henry. 2009. PengajaranMorfologi. Bandung :Angkasa Bandung.